KENAKALAN REMAJA YANG TIDAK ADA HABIS HABIS NYA
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan)
Oleh:
HOTMAULI SITUMORANG
(1013024010)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah dengan judul “Kenakalan Remaja” ini adalah salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Tontowi Amsia M,Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan Pendidikan Biologi tahun angkatan 2010 atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan ke depannya.
Bandarlampung, 23 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
BAB II PERMASALAHAN.......................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kenakalan Remaja............................... 7
3.2 Jenis-jenis kenakalan remaja....................................... 7
3.3 Penyebab terjadinya kenakalan remaja......................... 8
3.4 Gejala yang mengarahkan kenakalan remaja..... 9
3.5 Hal yang dilakukan mengatasi kenakalan remaja............ 9
3.6 Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal.............. 10
3.7 Peran Orang tua dalam mencegah kenakalan remaja..................... 15
3.8 Hub. Perilaku Menyimpang Pelajar dengan Disorganisasi............ 15
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 19
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 19
4.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anonymous menulis “Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang”, (ekaprana htt://www.jurnalbogor.com: 2008).
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?
Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang berarti melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder.
Istilah pelajar dalam makalah ini adalah mereka yang menurut Kartini Kartono, berusia antara 12 – 21 tahun. Pelajar akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut : masa pra-pubertas (12 – 13 tahun), masa pubertas (14 – 16 tahun), masa akhir pubertas. (17 – 18 tahun). (2007:27). Dan perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.(Jokie M.S. Siahaan http://www.blogspot.com/2008). Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Kenakalan pelajar dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang.
Dalam perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.
Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku mengapa seorang pelajar melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988 : 26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi dan adanya kesempatan tertentu, tetapi terkadang pada kebanyakan orang tidak menjadi berwujud penyimpangan.
Dasar pengakategorian penyimpangan didasari oleh perbedaan perilaku, kondisi dan individu. Penyimpangan dapat didefinisikan secara statistik, absolut, reaktifis, dan normatif. Perbedaan yang menonjol dari keempat sudut pandang pendefinisian itu adalah pendefinisian oleh para reaktifis, dan normatif yang membedakannya dari kedua sudut pandang lainnya.( Jokie M.S. Siahaan: blogspot.com:2008).
Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitik beratkan pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.
2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku penyimpangan yang dilakukan para pelajar.
2. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku menyimpang pelajar dengan disorganisasi sosial.
Dalam Pembahasa ini di bahas tentang kenakalan remaja pada zaman sekarang.
BAB II
PERMASALAHAN
Berbicara mengenai masalah kenakalan remaja tidak akan habis2nya, namun dalam makalah ini saya hanya menyumbangkan sebagian kecil pemikiran masalah kenakalan remaja yang mungkin saja berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.
Saat ini generasi muda khususnya remaja zaman sekarang, telah digembleng berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara.Pada umunya kenakalan remaja ini dilakukan oleh anak yang berumur antara 15-18 tahun. Masa remaja merupakan masa dimana sedang beralihnya masa anak2 menuju masa kedewasaan. Pada masa ini jiwa mereka masih labil dan mereka tidak memiliki pegangan yang pasti. Mereka berbuat sesuai dengan pikiran dan nalar, perbuatan itu mereka lakukan dalam mencari jati diri mereka sebenarnya.
Kenakalan remaja itu harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.
Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya sendiri2, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak2, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang2 dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dari orang dewasa.
Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam mesin raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
a. kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai2 luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal hanya kata2 indah.
b. sikap apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
c. kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
d. ketidakmampuan untuk terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan uang.
e. perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
f. pemujaan akan pengalaman
sebagian besar tindakan2 negatif anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
Bentuk2 dari perbuatan yang anti sosial antara lain :
a. Anak2 muda yang berasal dari golongan orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura2 dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.
b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok (genk2) anak muda yang tingkah lakunya sangant menyimpang dengan norma yagn berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli :
• Kartono,ilmuan sosiologi Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis pada remaja di sebabkan oleh satu bentuk pengabaian social.
• Santrock “kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat di terima secara social hingga terjadi tndakan criminal.
3.2.Jenis-jenis kenakalan remaja
1.Kenakalan remaja di sekolah
Misal :
a.Tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
b.Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran.
c.Membawa senjata tajam ketika sekolah.
2.Kenakalan remaja di luar sekolah(masyarakat)
Misal :
a.Ikut balapan tiar antar geng.
b.Ikut tawuran antar geng.
c.Minum minuman keras.
d.Mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
3.Kenakalan remaja di lingkungan keluarga,Misal :
a.Tidak mendengarkan nasehat orang tua.
b.Tidak mentaati perintah orang tua.
c.Melanggar norma yang telah di sepakati bersama keluarga.
3.3.Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku nakal remaja biasanya di sebabkan oleh factor dari remaja itu sendiri(internal) maupun dari luar (eksternal)
•faktor internal :
1)Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk intregasi.pertama,terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya,ke dua,tercapainya identitas peran.kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa intregasi ke dua.
2)Kontrol diri
Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”.
•Factor eksternal :
1)Keluarga
Percerain orang tua , tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga ,atau perselisian antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.Pendidikan yang salah di keluarga juga bisa mempengaruhi sepert iterlalu memanjakan anak,tidak memberikan pendidikan agama,atau penolakan terhadap eksistensi anak,bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2)Teman sebaya yang kurang baik.
3)Komunitas / lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
3.4.Gejala-gajala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan remaja:
1.Anak-anak tidak di sukai oleh teman-teman nya sehingga anak tersebutmenyendiri.
2.Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab dirumah atau sekolah.
3.Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalamimasalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya.
4.Anak-anak yang suka berbohong.
5.Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
6.Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batasyang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.
7.Anak-anak yang suka menyakiti / mengganggu teman-temannyadisekolah atau dirumah
3.5.Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau menanggulangi kenakalan remaja:
1.Kegagalan yang mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
Melalui olahraga para remaja akan memiliki banyak figure yang bisa dia jadikan contoh bagi para remaja . Dan tentu jelas figure itu adalah orang orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga yang telah memiliki prestasi yang tentu akan dicontoh oleh para remaja. Dengan begitu dia akan bisa meniru semua hal yang ia idolakan menjadi seseorag yang berprestasi.
Melalui olahraga para remaja akan memiliki banyak figure yang bisa dia jadikan contoh bagi para remaja . Dan tentu jelas figure itu adalah orang orang yang berkecimpung dalam dunia olahraga yang telah memiliki prestasi yang tentu akan dicontoh oleh para remaja. Dengan begitu dia akan bisa meniru semua hal yang ia idolakan menjadi seseorag yang berprestasi.
2.Adanya motifasi dari keluarga,guru,teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis , komunikatif , dan nyaman bagi remaja.
4.Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tuamember arahan dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul. Dengan olahraga,para remaja akan tentu memiliki lingkungan dan teman yang memiliki daya pikir sebagai olahragawan juga,yang bakal tentu memiliki kegitan yang bermanfaat.
5.Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Dalam sebuah lingkungan keluarga, perlu diadakan hubungan dan komunikasi yang terbuka antar sesama anggota kaluarga.
7. Jika dikelas terjadi perilaku yang menyimpang, jangan bersikap marah terhadap siswa, tetapi hadapi dengan hati dan pikiran yang tenang dan jernih.
8. Memberikan bimbingan siswa dikelas secara keseluruhan, sehingga setiap siswa memperoleh kepuasan dan kesuksesan serta tercipta suasana kelas yang harmonis tenang dan menyenangkan.
9..Memahami segala keterbatasan yang dimiliki siswa, sehingga sebagai guru hendaknya membantu dengan memberikan pertolongan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan diri.
10. Memahami segala kemampuan yang berbeda-beda.
11. Menjaga pergaulan kita dengan siapa saja dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku.
12. Harus dapat membedakan mana hal yang buruk dan mana hal yang baik untuk pergaulan kita agar tidak terjerus ke pergaulan bebas.
13. Perlunya / pentingnya peran orang tua dalam mendidik seorang anak.
14. Memberi pengalaman bagi siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
3.6 Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian diantaranya adalah :
1. Pengaruh Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya.
Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja.
1. Pengaruh Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya.
Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja.
Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
2. Pendidikan
2. Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak. Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
3. Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
4. Uang Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
3. Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.
Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
4. Uang Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat dengan kerja dan semangat.
Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
1. Anak menjadi boros
2. Anak tidak menghargai uang, dan
3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang didapat.
5. Perilaku Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidak setujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidak setujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Oleh sebab itu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar.
Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan,di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk siremaja.Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun seringdilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu peradilan untuk anak-anak nakal atau jouvenille court pada tahun 1899 di Cook Country, Illinois, Amerika Serikat. Pada waktu itu, peradilan tersebut berfungsi sebagai pengganti orangtua si anak yang memutuskan perkara untuk kepentingan si anak dan masyarakat.
Dalam pandangan umum, kenakalan anak dibawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak diatas usia 18 tahun dianggap merupakan suatu bentuk kejahatan.
Dalam pandangan umum, kenakalan anak dibawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak diatas usia 18 tahun dianggap merupakan suatu bentuk kejahatan.
3.7 Peran Orang tua dalam mencegah lenakalan remaja:
Dalam hal ini peran orang tua sangatnya penting untuk mencegah terjadinya kenakalan siswa karena disini orang tualah yang paling dekat dengan siswa/remaja, maka dari itu perlu adanya keterbukaan, saling mengisi, dan komunikasi antara orang tua dan siswa. Disini yang dimaksud keterbukaan, saling mengisi dan komunikasi adalah :
Keterbukaan, mencakup :
1). Saling jujur antara satu sama lain anggota keluarga
2). Tidak ada rasa ketertutupan
3). Selalu bicara apa adanya sesuai isi hati
Saling mengisi, mencakup :
1). Saling melengkapi kekurangan antara anggota keluarga
2). Saling mengisi kekosongan antar hati
3). Saling membantu jika ada masalah
Komunikasi, mencakup :
1). Saling bicara antar hati
2). Saling berbagi masalah
3). Selalu komunikasi ungkapkan isi hati
3.8 Hubungan Perilaku Menyimpang Pelajar dengan Disorganisasi Sosial.
Perilaku pelajar sebagai individu yang dianggap menyimpang dan merupakan sebagai masalah sosial, pada dasarnya bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dilihat bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial seperti masalah dalam keluarga,maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai ada tidaknya hubungan antara perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar dengan disorganisasi sosial, terutama masalah dalam keluarga, (Masngudin HMS : wordpress.com/2008), yaitu :
1. Hubungan dengan sikap orang tua dalam pendidikan
Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter, dan tidak memperhatikan sama sekali pendidikan anaknya, sering melakukan kenakalan khusus, ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.
2. Hubungan dengan pekerjaan orang tua
Untuk mengetahui apakah perilaku menyimpang atau kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keseharian orang tua terkadang tidak mampu dan melalaikan tugas sosial keluarga, karena kesibukannya dalam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3. Hubungan dengan keutuhan keluarga
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan pelajar. Artinya banyak terdapat anak-anak pelajar yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga, namun ketidakutuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan.
Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi. Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalam interaksi mempunyai kecenderungan anak pelajarnya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus. seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, kumpul kebo, serta menggugurkan kandungan.
4. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, yaitu menerapkan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya, dengan tetangga atau lingkungan sosialnya, maka kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus, akan terhindarkan.
5. Hubungan dengan kehidupan beragama keluarga
Kehidupan beragama keluarga juga merupakan salah satu ukuran untuk melihat hubungan perilaku penyimpangan pelajar dengan disorganisasi sosial dalam keluarga. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama.
Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan perilaku anaknya menyimpang, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.
Menurut teori Durkheim kenakalan pelajar disebabkan ketidak berfungsian sebuah organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga, untuk itu solusi yang diambil yaitu memfungsikan kembali organisasi itu atau keluarga untuk mencegah tingkat kenakalan pelajar tersebut. (Soerjono Soekanto, 2007:324). Dan pada dasarnya keluarga memang adalah organisasi pertama sebagai pembentuk watak dan kepribadian anak atau pelajar, jadi keberfungsian keluarga sangat menentukan masa depannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya, Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat perilaku menyimpang pelajar, maka perlu kiranya orangtua menjaga dan mempertahankan keutuhan keluarga dengan mengoftimalkan fungsi sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan lingkungannya, pengenalan agama lebih dini dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
4.2 Saran
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakanremaja di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.2)Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diriseorang remaja
DAFTAR PUSTAKA
Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung
Gunarsa, Singgih D, 1988, Psikologi Pelajar, Jakarta, BPK Gunung Mulya.
Kartini, Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Pelajar, Jakarta, Rajawali.
_______________, 2007, Psikologi Anak, , Bandung. Mandar Maju.
_______________, 1985 Perubahan Sosial, Jakarta, Rajawali.
Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta
_________________, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/hal-hal-yang-mempengaruhi-timbulnya- kenakalan- pelajar/ , diakses 29 Januari 2009.
http://em4lzy.multiply.com/journal/item/5/kenakalan_pelajar, diakses 1 Pebruari 2009.
http://innventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2008/04/kenakalan pelajar.html, diakses 10 Pebruari 2009.
http://www.jurnalbogor.com/p/4294, Cegah Kenakalan
http://nuritaputranti.wordpress.com/2008/02/19/remaja-dan-permasalahannya-part-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar