GEREJA PENTAKOSTA INDONESIA SIDANG TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Oleh
HOTMAULI SITUMORANG
1013024010
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,atas berkat,kasih,dan karunia-Nya lah karya tulis ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Gereja Pentakosta Indonesia (GPI) Sidang Tanjung Senang Bandar Lampung”,judul ini di angkat karena saya salah satu jemaat Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang Bandar Lampung tersebut.
Karya tulis ini bertujuan agar pembaca mendapat informasi tentang sejarah berdirinya Gereja Pentakosta Indonesia pertama kali di Indonesia dan khususnya pendirian Gereja Pentakosta Indonesia (GPI) Sidang Tanjung Senang Bandar Lampung.
Penulis menyadari dalam pembuatan dan penyusunan karya tulis ini,masih tedapat banyak kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan karya tulis ini.
Demikianlah karya tulis ini di buat,semoga bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 30 desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Gereja
Kata Gerejaberasal dari kata yunani “Ekklesia” yang di artikan sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan dunia menuju terang-Nya yang ajaib.”
Gereja merupakan Tubuh Kristus.Pada Efesus 1:22-23 berbunyi,”Dan segala sesuatu telah di letakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai kepala dari segala yang ada.”Tubuh kristus terdiri dari semua orang percaya mulai dari saat Pentakosta sampai saat pengangkatan.
Pengertian Gereja disini bukan berhubungan dengan bangunan atau gedung melainkan dengan orang.Menurut Alkitab,(Yohanes 3:16;1 , 1 Korintus 12:13) gereja adalah Tubuh Kristus –setiap mereka yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk Keselamatan.
1.2 Latar Belakang Bergabung
Reinaisans (kebangkitan iman) yang awalnya begitu nyata saya rasakan membuat iman saya bergejolak. Saya mencari tempat dimana saya mampu mengembangkan iman saya, panggilan iman begitu kuatnya.
Allah seakan nyata memanggil saya lewat lagu-lagu pujian yang kerap kali saya dengar dan tepuk tangan yang seolah-olah terangkat dan menengadah ke sorga. Penetapan hati menjadi jemaat dan bergabung dalam lingkup Gereja Pentakosta Indonesia (GPI).
Dalam fungsinya sebagai gereja, Gereja Pentakosta Indonesia (GPI) Sidang Tanjung Senang selalu mengajarkan agar jemaat nya dapat memberikan hidup sepenuhnya sebagai persembahan dupa wangi untuk kemuliaan bagi nama Tuhan.
BAB II
GAMBARAN UMUM GEREJA
2.1 Lokasi
Jl. Turi Raya Gg. Batangwangi I No 96, Kecamatan Tanjung Senang , bandarlampung (depan kantor camat Tanjung Senang).
Telp : (0721)7421415
Fax : (0721) 709816
2.2 Waktu Ibadah
Pukul 10.00 s.d 12.00 WIB
2.3 Jumlah Keanggotaan Gereja
±240 jiwa ± 56 kepla keluarga
2.4 Gembala Sidang
Pdt. M. Situmorang
2.5 Pengurus Gereja dan Jabatan
1. Pdt. M. Situmorang : Gembala Sidang
2. Pdt. S. Situmorang : Wakil Gembala Sidang
3. Gr. P.C Manullang : Hamba Tuhan
4. St. A. Turnip : Hamba Tuhan
5. St. P. Sinaga : Hamba Tuhan
6. St. J. Simamora : Hamba Tuhan
7. St. T.M. Simanjuntak : Hamba Tuhan
8. St. L. Gultom : Hamba Tuhan
9. Ev. J. Sinaga : Hamba Tuhan
2.6 Susunan Organisasi Gereja
v Ketua Umum : Pdt. M. Situmorang
Ø Ketua Sektor Barat : Pdt. M. Situmorang
Ø Ketua Sektor Timur : Pdt. S. Situmorang
v Sekretaris : Gr. P.C . Manullang
v Bendahara Umum : St. A. Turnip
Ø Bendahara Sektor Barat : St. P. Sinaga
Ø Bendahara Sektor Timur : St. J. Simamora
Pengurus Pemuda/i
Pembina : Bpk. Drs. W. Nainggolan
Ketua : Sintong Frenz Situmorang
Sekretaris : Parlindungan Manullang
Bendahara : Raskita Sagala
Remaja
Koordinator : Sartua Tumpal Situmorang
Ketua : Ebenezer Simamora
Sekretaris : Nurhayati Sinaga
Sekolah Minggu
Koordinator : Magadalena Situmorang
Sektor Barat : Kristin M. Situmorang
Sektor Timur : Alexander Turnip
Sekretaris dan Bendahara : Meditama Situmorang
Pembangunan Gereja
Ketua : Bpk. Drs. W. Nainggolan
Sekretaris : Bpk. M. Sagala
Bendahara : Bpk. Drs. A. Lumbanraja
2.7 Kegiatan Gereja selain Ibadah
- Ibadah Remaja
- Ibadah Pemuda/ Pemudi
- Ibadah Umum Malam
- Ibadah Sektor
- Doa Syafaat Kaum Ibu
- Doa Syafaat Kaum Pemuda/I dan remaja
- Doa Syafaat Majelis / Pengurus Gereja
- Doa Puasa
- Ibadah keluar kota
- Kunjungan dan besuk .
BAB III
SEJARAH SINGKAT GEREJA
A. Sejarah Berdirinya Gereja Pentakosta Indonesia
1.Pendiri Gereja Pentakosta Indonesia
Sejarah Gereja Pentakosta indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pendeta Siburian.
Pendeta Ev. Renatus Siburian lahir pada tanggal 19 Oktober 1914 di Paranginan Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dia adalah anak ke enam dari 7 bersaudara. Abangnya Pendeta Siburian adalah seorang perintis pentakostawi juga di Tapanuli utara dan pernah bekerjasama dalam penginjilan sebelum membentuk organisasi gerejan Istrinya yaitu Ibu boru Siahaan yang selalu setia mendampingi Bapak Pendeta melahirkan 9 orang anak, tetapi 5 daripadanya dipanggil Tuhan ketika masih kanak-kanak/bayi. Dan 4 orang lagi terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, yaitu:
1. Rev.M.H. Siburian
2. Lamria Siburian
3. Nursalam Siburian
4. Bresman Siburian
2. PENDIDIKAN Pdt.Ev.R.Siburian
1. Tahun 1921 1930 : Tamatan Sekolah Inggris
2. Tahun 1936 akhir : Tamatan Sekolah Alkitab Jalan
Embong Malang, Surabaya,
dengan gurunya Pendeta W. Patterson.
Dalam kesibukannya sebagai penginjil dan perintis gereja dia mengalami banyak cobaan dalam hidupnya tetapi semua itu dapat dilaluinya oleh karena Tuhannya yang telah memanggil dia dalam perjuangan salib selalu memberikan kekuatan dan jalan keluar. Dalam tugasnya sebagai penginjil dia tidak pernah melihat anaknya yang meninggal sebab kesibukannya untuk mengemban tugas yang dipikulkan Tuhan Yesus kepadanya. Bagaimana pun pada waktu dia sedang menginjil di tempat terpencil, dia ditangkap oleh Pemerintahan Jepang oleh karena injil, kemudian dikucilkan dari kehidupan masyarakat karena dianggap membawa ajaran yang unconventional, tidak cocok dengan doktrin yang sudah ada pada waktu itu. Sebab Pendeta Renatus Siburian adalah perintis pertama ajaran Pentakosta di daerah Tapanuli Utara.Hinaan dan segala macam hambatan tidak pernah menghalangi Pendeta ini untuk menyebarkan Injil, bahkan pernah pula orang menuduh dan menganggap bahwa Pendeta Siburian sebenarnya menyebarkan agama yang baru yaitu agama Siburian, sebab kemanapun dia menginjil ratusan orang akan dibabtis, di setiap kampung kemana dia menginjil pasti hampir seluruh penduduk akan datang mengunjungi Kebaktian Kebangunan Rohaninya, yang unik bahwa setelah KKR yang selalu diadakan di luar rumah misalnya di halaman, di lapangan terbuka dan di pasar-pasar umum, maka sering pula diadakan tanya jawab tentang ajaran Pentakosta dan tentang isi Alkitab.
Banyak dari mereka yang dibabtis tadi adalah orang yang kebetulan lewat pada waktu upacara babtisan diadakan dan hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi, tetapi oleh karena Roh Kudus bekerja, orang-orang yang hanya melihat-lihat tadi malah menyerahkan dirinya untuk dibabtis. Dalam pekerjaannya sebagai pembabtis air, sudah puluhan ribu orang yang dibabtiskannya
Orang yang sangat sederhana dan rendah hati, tetapi sangat tegas dan keras dalam hal disiplin. Dia tidak pernah mau menonjolkan dirinya secara menyolok. Banyak Pendeta semasa hidupnya berkata supaya dia membuat satu buku biographi, karena itu sangat berguna bagi penerusnya. Tetapi dia hanya menjawab; "Segala apa yang saya kerjakan sudah tercata seluruhnya di sorga". Satu kali dia tertawa dan tersenyum simpul ketika seorang Pendeta mengklaim bahwa dialah perintis satu-satunya dari aliran Pentakosta di Tapanuli/ Sumatera Utara. Padahal Pendeta itu sendiri adalah anak rohani Pendeta Siburian bahkan Pendeta Siburian sendirilah yang membabtisnya.
Orang yang sangat sederhana dan rendah hati, tetapi sangat tegas dan keras dalam hal disiplin. Dia tidak pernah mau menonjolkan dirinya secara menyolok. Banyak Pendeta semasa hidupnya berkata supaya dia membuat satu buku biographi, karena itu sangat berguna bagi penerusnya. Tetapi dia hanya menjawab; "Segala apa yang saya kerjakan sudah tercata seluruhnya di sorga". Satu kali dia tertawa dan tersenyum simpul ketika seorang Pendeta mengklaim bahwa dialah perintis satu-satunya dari aliran Pentakosta di Tapanuli/ Sumatera Utara. Padahal Pendeta itu sendiri adalah anak rohani Pendeta Siburian bahkan Pendeta Siburian sendirilah yang membabtisnya.
Tidak heran kalau Pendeta Renatus Siburian tidak seberapa dikenal di luar lingkungan penginjilannya, sebab dia tidak pernah berencana supaya menjadi orang yang terkenal.
3. PEKERJAAN Pdt.Ev.R.Siburian
1. Tahun 1931 - 1935
Bekerja sebagai pegawai perusahaan NKPM di Palembang,saat itulah dia bertobat. Dia menjadi anggota muda-mudi gereja di bawah pimpinan Pendeta Siwi.
2. Tahun 1935
Meninggalkan pekerjaannya di perusahaan minyak lalu pergi ke Surabaya untuk masuk sekolah Alkitab karena merasa terpanggil untuk menginjil.
3. Tahun 1937
Setelah selesai Sekolah Alkitab, diangkat menjadi Evangelist oleh Hof Bestur De Pinster Kerk untuk daerah kerja Noort, Sumatera, sambil menunggu hasil permohonan izinnya yang diajukan ke Gubernur General yaitu Rechtperson 177 sesuai dengan permohonan.
4. Tahun 1937
Sambil menunggu hasil permohonan, Pendeta Renatus Siburian menginjil ke tanah Karo bekerjasama dengan Pendeta Purba setelah Pendeta Siburian kembali dari Malaysia/Malaka.
5. Akhir tahun 1938
Menginjil dan membuka gereja di Berastagi, tetapi mendapat halangan dari Pemerintah Belanda karena besleit atau izin untuk menginjil belum juga dikeluarkan oleh Gubernur General. Setelah mendapat halangan dari Pemerintah Belanda di Berastagi, Pendeta Siburian pindah ke kota Medan ibukota Sumatera Utara untuk menginjil.
Hanya beberapa bulan di sana banyak yang telah bertobat dan berhasil membuka siding yang semua anggotanya terdiri dari orang Tionghoa.
6. Tahun 1939
Pendeta Siburian pindah ke satu kota kecil bernama Kisaran, dan bekerja sebagai guru agama di gereja HCB (Huria Christian Batak) satu gereja beraliran Protestan. Dengan demikian dia dapat melakukan kegiatan penginjilannya di sekitar daerah itu dengan gerakan Roh Kudus di daerah Asahan dan Labuhan batu.
7. Tahun 1941
Oleh karena merasa gerakan penginjilannya terbatas di daerah tersebut lebih sebagai guru agama HCB, maka beliau menuju kota Balige di Tapanuli Utara, dan mulai mengadakan gerakan penginjilan di daerah itu. Kemudian daripada itu Pendeta Simanjuntak dating dan beliau bekerjasama dengan Pendeta Siburian. Sementara itu izin dari Gubernur General tidak dapat diharapkan lagi bias diterima oleh Pendeta Siburian sebab Pemerintah Belanda telah mencapnya sebagai Nasionalist, yang pada waktu itu sangat dibenci oleh Belanda. Sampai saat itu Pendeta Siburian belum lagi membuka organisasi agama walaupun sebenarnya orang yang bertobt sudah demikian banyak.
8. Tahun 1942
Pendeta Siburian membentuk suatu organisasi keagamaan yang dinamakan "Gereja Pentakosta Tanah Batak Tapanuli",Karena pada waktu itu adalah peralihan pemerintahan Belanda ke pemerintahan Jepang. Itulah sebabnya semasa hidupnya Pendeta Siburian berkata bahwa Kemerdekaan Indonesia baginya sangat mendalam sekali. Oleh karena kemerdekaanlah maka Pendeta Siburian dapat hidup sebagai orang yang mempunyai hak untuk dapat menganut dan menjalankan tugas Injilnya dengan baik.
Ada yang beranggapan bahwa gereja ini berinduk kepada GPDI, hal ini tidak benar, sebab gereja yang dibentuk ini tidak pernah mendaftarkan diri kepadda organisasi lain. Ketuanya pun pada waktu pendirian organisasi gereja itu adalah Pendeta Renatus Siburian. Organisasi Gereja Pentakosta ini pertama kali didirikan di Paranginan, Tapanuli Utara.
Sejak itu penginjilan dengan nama Gereja Pentakosta ini mengembang sampai ke seluruh pelosok Tapanuli Utara. Boleh dikatakan tidak ada pelosok Tapanuli Utara yang tidak dijelajahi untuk menyebarkan Injil Yesus. Gereja ini berkembang dengan baik dan kemudian menyabar sampai ke Sumatera Timur. Pemerintah Jepang mulai dipengaruhi oleh orang-orang tertentu supaya Gereja Pentakosta ditutup saja. Sebab dari satu Gereja yang didirikan sekarang sudah ratusan gereja yang dibuka. Dan ini terjadi pula di daerah Simalungun dimana banyak gereja di bawah pimpinan Pendeta Siburian ditutup oleh pemerintah Jepang, tetapi setelah Pendeta Siburian menghadap Gudsebu Pemerintahan Jepang kemudian diizinkan untuk membuka kembali.
9. Tahun 1944
Gereja Pentakosta Tapanuli ini mengadakan synode yang langsung dipimpin oleh Pendeta Renatus Siburian. Melihat perkembangan yang sudah melebar sampai luar Tapanuli (kabupaten) maka di synode itu diputuskan untuk mengganti nama gereja ini menjadi Gereja Pentakosta Sumatera Utara (Sumatera Utara adalah propinsi).
10. Tahun 1945
Pendeta Siburian mendaftarkan organisasi gereja ini ke Pemerintah Republik Indonesia di pulau Jawa melalui Jawatan agama Tapanuli/ Pulau Jawa. Visi Pendeta Siburian mengenai gereja ini terbuka, ketika dia sadar bahwa gereja ini bisa berkembang ke segala pelosok. Pada mulanya dia berpikir bahwa gerakan ini hanya terjadi di sekitar Tapanulia saja. Namun Tuhan bermaaksud lain, dan ini dengan cepat disadari. Penginjilan ini tidak dapat dibatasi oleh garis perbatasan daerah, sebab penginjilan ini adalah untuk semua manusia.
11. Tahun 1948
Gereja Pentakosta Sumatera Utara mengadakan Synode (dipimpin oleh Pendeta Ev. R Siburian ) yang diadakan di kota Balige Tapanuli Utara dan juga memutuskan nama Gereja Pentakosta Sumatera Utara menjadi Gereja Pentakosta Indonesia.
Belakangan hari ada orang yang memakai nama Organisasi Gereja Pentakosta Sumatera Utara, tetapi itu bukanlah lanjutan dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara yang didirikan oleh Pendeta Siburian tetapi orang yang keluar atau memisahkan diri dari gereja pimpinan pendeta Siburian mendirikan gereja yang bernama tersebut.
12. Tahun 1950
Pendeta Siburian sebagai ketua Gereja ini, kembali mendaftarkan Organisasi Gereja ini ke pemerintahan R.I.di Jakarta dan mendapat Surat Pengukuhan dari menteri kehakiman dan Kementerian Agama di Jakarta. No D/11/13176 tertanggal 24 September 1951dari kementerian Agama, dan No 1A 5/114/21 tertanggal24-9-1952, dari Departemen Kehakiman.
13. Tahun 1959
Rombongan Pendeta Siburian mengadakan kunjungan Penginjilan ke Pulau Nias sebuah pulau yang pada waktu itu ditempum empat hari naik kapal kecil lautan Hindia. mereka menginjil dan membuka Gereja disana bersama -sama dengan penduduk setempat antara lain Pendeta Harefa..Sekarang Gereja Pentakosta Indonesia ada 172 sidang di pulau tersebut.
14 Tangal. 20 Juni 1987
Hamba Tuhan Pendeta Evanggelis Renatus Siburian dipanggil oleh Tuhan Yesus di Soga untuk beritirahat dari segala kesusahan dan perjuangan salibnya di atas bumi ini. Dia telah menyelesaikan pekerjaan dan panggilannya dengan baik dan penuh pengabdian. Dia meninggalkan begitu besar pekerjaan untuk kita , dan dia ingin agar kita yang ditinggalkannya dapat meneladaninya sebagaimana dia telah meneladani Kristus
15. Gereja Pentakosta Indonesia ketika Pdt. Ev. R. Siburian meninggal:
* Jemaat sebanyak 670 sidang di 11 propinsi
* Pendeta sebanyak 130 orang
* Guru Injil, Sintua, Penginjil sebanyak 2500 orang
B.Pendirian Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang
Gereja Pentakosta Indonesia Sidang tanjung Senang berdiri sejak tanggal 9 Juni 2002
C.Cabang Gereja Pentakosta di Luar Kota Bandar Lampung
1.Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Bintang
2.Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Metro Pekalongan
D. Kepengurusan Gereja Pentakosta Indonesia
Ketua Umum | : | Rev. Dr. M.H Siburian, M.Min |
Sekretaris | : | Pdt. Drs. J. Manurung |
Bendahara | : | Pdt. Drs. J.W Panjaitan |
Pembantu Umum | : | Pdt. H.A Sianipar |
Pdt. P.A Situmorang | ||
Pdt. Drs. DJ. Rajagukguk | ||
Pdt. J. Sitanggang | ||
Pdt. A.Y Butar-butar | ||
Pdt. J. Lumban Tungkup | ||
Pdt. E. Rajagukguk, M.Sc | ||
Pdt. M. Rumapea |
Departemen Pemuda :Pdt. A. Tarigan
Departemen Penginjilan :Pdt. DR. AC. Sihombing
Departemen Wanita :Ny. Rev. DR. MH. Siburian, M.Min
Departemen Sekolah Minggu :Pdt. J. Silalahi
Departemen Humas/Media :Pdt. P. Silaban, S.E
Departemen Litbang :Pdt. B. Siburian, S.H.,M.H.
Departemen KKR :Pdt. D. Sihombing
Departemen Diakoni Sosial :Pdt. Dj. Gultom
BAB IV
ASAS PENGAJARAN DAN DOKTRIN GEREJA
A.Tentang Keselamatan
Keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus ( Kisah Para Rasul 4 :12 )
Keselamatan adalah pembebasan dari situasi di luar kemampuan seseorang membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan membawa ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus.Keselamatan sebagai buah kasih-karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan dan ajakan menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan (permandian) kelahiran-kembali dan pembaruan oleh Roh Kudus.
B.Tentang Baptisan
Baptisan terbagi atas 2 bagian , yaitu :
1. Baptisan Air/ Selam
2. Baptisan Roh Kudus
Baptisan adalah tindakan iman untukmelaksanakan percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia, sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5).
1.Baptisan air, yakni lambang kematian dan penguburan kemanusian yang lama, dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air (Mat 16:15-16; 28:19). Baptisan air dengan cara selam adalah satu-satunya metode baptisan air yang menggambarkan dikuburkan bersama Kristus dan bangkit bersama Dia.
2. Baptisan Roh merupakan baptisan orang percaya dengan Roh kudus dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya (Kis 2:4). Roh Kudus menjadi pusat teologi dari aliran Pentakosta.Baptisan Roh kudus mula-mula terjadi pada hari pentakosta.
C.Tentang peranan Roh Kudus
Roh Kudus dapat berbuat sama seperti seorang pribadi dan Dia dapat juga diberlakukan sama seperti kepada pribadi.Dia juga dapat dihina ,Dia dapat berbicara,berpikir,bermaksud,mengarahkan,dan Dia dapat juga merasa tersinggung .Semua atribut yang ada pada seseorang ,ada juga dimiliki oleh Roh Kudus.Semua tindakan-tindakan Roh Kudus hanya dapat dilakukan oleh pribadi.Ini menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah seorang pribadi,bukan hanya sebuah kuasa atau tenaga yang tidak mempunyai pribadi.Dengan kata lain Roh Kuduslah yang bertindak sebagai guru kita,penyuci,penghibur,dan pengarah kita.Roh Kudus memerintah setiap orang percaya dan juga gereja untuk menuju segala jalan kebenaran.Dia memanggil sebagaimana Dia memanggil Barnabas dan Saul untuk melayani di Ladang Tuhan atau di beberapa pekerjaan khusus.Pendeta,Guru Injil,Sintua,Penginjil semuanya harus melalui panggilan Roh Kudus untuk bekerja.Perlu dijelaskan bahwa Roh Kudus tadi bukanlah sebagai batin manusia seperti yang dinyatakan di dalam mistik jiwa.
Sikap terhadap 2 pribadi trinitas lainnya yaitu Allah Bapa ,Allah Anak ,maka demikian juga kita terhadap Roh Kudus dalam arti yang sesungguhnya.Kita tidak boleh menganggap bahwa Roh Kudus itu lebih rendah kedudukannya dengan yang lain,atau Dia hanya suruhan Allah saja,seperti malaikat.Malaikat sudah jelas jauh berbeda dengan Roh Kudus adalah pencipta dan Allah sendiri.
D.Tentang Perpuluhan
Pada Perjanjian Lama,perpuluhan merupakan sebuah kewajiban dan keharusan umat manusia yang dilakukannya dengan menyisihkan pendapatan mereka,lalu mempersembahkan persembahan perpuluhan tersebut kepada Allah melalui hamba-hamba Tuhan,sebagai sebuah ucapan syukur atas semua kasih karunia dan kebaikan yang Allah berikan (Kejadian 14:20;Imamat 27:30-32).
Pengajaran Perpuluhan tidak di ajarkan di Perjanjian lama saja melainkan di perjanjian Baru pun Tuhan ajarkan.Berbeda dengan Perjanjian Lama,pengajaran perpuluhan di perjanjian Baru tidak diharuskan 1/10 dari pendapatan kita.Lagi pula,di perjanjian Baru tidak memaksakan kita untuk mempersembahkan perpuluhan ,tapi harus dilakukan menurut kerelaan (2 Korintus 9:6-8).Mempersembahkan Perpuluhan hendaknya kita melakukannya dengan keadilan,belas kasihan,dan kesetiaan (Matius 23:23).Sebab Jemaat adalah buah pekerjaan Rasul dalam Tuhan,sehingga Rasul punya hak untuk makan dan minum atas buah pekerjaan tersebut
BAB V
BAB V
KEANGGOTAAN GEREJA
1. Syarat Untuk Menjadi Anggota Jemaat GPI Sidang Tanjung Senang
Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang membuat persyaratan yang tidak begitu sulit dalam penerimaan jemaat baru.Dengan Kedatangan jemaat baru dan telah sering bergabung dalam setiap ibadah dan ikut serta terbeban terhadap setiap pelayanan gereja merupakan tanda orang tersebut telah menjadi anggota Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang dan yang menjadi tanda yang paling penting dari semuanya ialah calon anggota jemaat tersebut bersedia member dirinya di baptis air secara selam yang sesuai dengan Firman Tuhan yang di lakukan oleh seorang Majelis atau Pengurus Gereja setempat.(Lukas 3:3)
2. Syarat Untuk Menjadi Majelis atau Pengurus Gereja
Sesuai dengan AD/ART Gereja Pentakosta Indonesia,seseorang yang ingin menjadi Majelis/Pengurus gereja harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.Sudah bertobat
2.Sudah di baptis dengan baptisan air secara selam,
3.Sudah d baptis dengan baptisan Roh Kudus,
4.Menjadi Pribadi dan keluarga yang teladan bagi semua orang,dan
5.Anak-anak Tuhan yang penurut (Titus 1:5-9; 1 Timotius 3:1-7).
C.Sistem Kepemimpinan Yang Digunakan
Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang dalam menjalankan Organisasi,Pelayanan dan pengambilan keputusan selalu memusyawarahkannya terlebih dahulu kepada semua Majelis atau Pengurus Gereja dan Jemaat.Gereja Pentakosta Tanjung Senang selalu memberi kebebasan untuk semua warga gereja untuk berpartisipasi langsung dalam setiap kegiatan dan pelayanan gereja..Kebebasan yang di maksud disini yaitu tiap-tiap warga gerehja dapat dengan bebas memilih pelayanan yang ada di Gereja yang sesuai dengan bakat,talenta,dan karunia yang suah Tuhan beri dengan mempersembahkannya untuk kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus Kristus saja.
Pembagian Sistem Pemerintahan Gereja
Sistem pemerintahan gereja, secara umum, dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu kongregasional (congregational), episkopal (episcopal) dan presbiterian (prebyterian). Namun dalam prakteknya ada beberapa bentuk variasi penggabungan dari sistem-sistem yang ada. Sehingga terkadang sulit bagi kita untuk mengidentifikasi secara spesifik sistem apa yang diterapkan oleh suatu gereja, karena dalam beberapa hal mereka menganut episkopal tetapi pada aspek-aspek tertentu mereka akan menggunakan sistem yang lain. Namun demikian kita perlu memahami sistem-sistem pokok dalam pemerintahan gereja.
A. Sistem Pemerintahan Episkopal
Nama episkopal berasal dari kata Yunani episkopos yang berarti “overseer/ penilik” (kata ini juga diterjemahkan menjadi bishop dan uskup) dan menyatakan bahwa gereja diatur dan dipimpin oleh (para) bishop. Bentuk konkret dari sistem pemerintahan gereja ini agak berbeda pada beberapa gereja. Misalnya dalam gereja Methodist dan Lutheran, gereja dipimpin oleh seorang bishop yang menjadi pemimpin tunggal atas seluruh gereja-gereja lokal ada. Denominasi/ sinode/ gereja yang lain mempunyai bishop yang berbeda. Struktur yang lebih kompleks terdapat dalam gereja Anglikan dan gereja Katolik Roma. Seluruh gereja Roma Katolik dibawah pimpinan seorang Paus namun masih memiliki sistem keuskupan dalam wilayah-wilayah tertentu.
Dalam sistem pemerintahan gereja episkopal, otoritas dan kewenangan terletak pada bishop yang mengawasi sekelompok gereja, bukan hanya satu gereja lokal. Bishop adalah orang yang memiliki otoritas yang untuk menahbiskan ministers atau imam (priest). Katolik Roma mengatakan bawwa kewenangan bishop ini diperoleh melalui suksesi apostolik dari rasul-rasul pertama. Jadi kuasa itu dilanjutkan secara estafet oleh bishop berdasarkan Matius 16:18-19. Gereja Methodis dan Lutheran tidak mengakui otoritas melalui suksesi apostolik seperti Katolik. Sistem suksesi apostolik muncul pada abad kedua dan para penganutnya mengklaim dukungan alkitabiah dari posisi Yakobus di gereja Yerusalem dan sesuai dengan pernyataan Paulus dalam suratnya kepada Timotius dan Titus mengenai posisi dan otoritas mereka dalam mengangkat penatua.
A. Sistem Pemerintahan Episkopal
Nama episkopal berasal dari kata Yunani episkopos yang berarti “overseer/ penilik” (kata ini juga diterjemahkan menjadi bishop dan uskup) dan menyatakan bahwa gereja diatur dan dipimpin oleh (para) bishop. Bentuk konkret dari sistem pemerintahan gereja ini agak berbeda pada beberapa gereja. Misalnya dalam gereja Methodist dan Lutheran, gereja dipimpin oleh seorang bishop yang menjadi pemimpin tunggal atas seluruh gereja-gereja lokal ada. Denominasi/ sinode/ gereja yang lain mempunyai bishop yang berbeda. Struktur yang lebih kompleks terdapat dalam gereja Anglikan dan gereja Katolik Roma. Seluruh gereja Roma Katolik dibawah pimpinan seorang Paus namun masih memiliki sistem keuskupan dalam wilayah-wilayah tertentu.
Dalam sistem pemerintahan gereja episkopal, otoritas dan kewenangan terletak pada bishop yang mengawasi sekelompok gereja, bukan hanya satu gereja lokal. Bishop adalah orang yang memiliki otoritas yang untuk menahbiskan ministers atau imam (priest). Katolik Roma mengatakan bawwa kewenangan bishop ini diperoleh melalui suksesi apostolik dari rasul-rasul pertama. Jadi kuasa itu dilanjutkan secara estafet oleh bishop berdasarkan Matius 16:18-19. Gereja Methodis dan Lutheran tidak mengakui otoritas melalui suksesi apostolik seperti Katolik. Sistem suksesi apostolik muncul pada abad kedua dan para penganutnya mengklaim dukungan alkitabiah dari posisi Yakobus di gereja Yerusalem dan sesuai dengan pernyataan Paulus dalam suratnya kepada Timotius dan Titus mengenai posisi dan otoritas mereka dalam mengangkat penatua.
B. Sistem Pemerintahan Kongregasional.
Sistem kongregasional ini dapat disebut sebagai sistem independent karena sistem ini menegaskan bahwa “setiap gereja lokal adalah suatu badan lengkap, yang tidak tergantung dengan badan lain, bahkan tidak memiliki hubungan pemerintahan dengan gereja yang lain. Dalam sistem ini, kekuasaan gereja sepenuhnya berada pada anggota Jemaat, yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dirinya sendiri secara independen dan penuh.”
Sistem kongregasional ini dapat disebut sebagai sistem independent karena sistem ini menegaskan bahwa “setiap gereja lokal adalah suatu badan lengkap, yang tidak tergantung dengan badan lain, bahkan tidak memiliki hubungan pemerintahan dengan gereja yang lain. Dalam sistem ini, kekuasaan gereja sepenuhnya berada pada anggota Jemaat, yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dirinya sendiri secara independen dan penuh.”
Otoritas pemerintahan gereja tidak terletak pada individu maupun perwakilan individu melainkan seluruh jemaat lokal. Dua hal yang sangat ditekankan oleh sistem pemerintahan gereja ini adalah otonomi dan demokrasi. Para pelayan gereja (pejabat gereja) adalah jabatan fungsional untuk melayani Firman, mengajar dan melaksanakan urusan gereja semata-mata. Apabila ada komunikasi yang dikehendaki oleh gereja sejenis, maka mereka menyelesaikannya dengan mengadakan konsili, yang hanya mengeluarkan “pernyataan” yang tidak mengikat satu dengan yang lainnya. Tidak ada otoritas di luar gereja lokal, meskipun dalam satu nama gereja, yang memiliki wewenang atau pengaruh terhadap gereja lokal tersebut sebab pemerintahan gereja bersifat demokratis dari jemaat lokal tersebut. Sehingga setiap anggota jemaat turut membuat keputusan dan memerintah gereja. Konsep ini lahir dari pernyataan Alkitab yang mengatakan bahwa setiap orang percaya adalah imamat yang rajani (1 Pet 2:9). Denominasi yang menganut sistem pemerintahan ini adalah Baptis, Evangelical Free, Congregational dan sebagian Lutheran.
Dukungan alkitabiah bagi sistem pemerintahan kongregasional adalah catatan Lukas yang menyebutkan bahwa jemaat itu terlibat dalam pemilihan itu diaken (Kis 6:3-5) dan para penatua (Kis. 14:23); seluruh jemaat turut mengutus Barnabas (Kis 11:22) dan Titus (2 Kor 8:19) serta menerima Paulus dan Barnabas (Kis 14:27; 15:4); seluruh jemaat terlibat dalam keputusan-keputusan tentang sunat (Kis 15:25); disiplin dilakukan oleh seluruh gereja ( 1 Kor 5:12;. 2 Kor. 2:6-7, 2 Tes. 3:14); semua orang percaya bertanggung jawab untuk doktrin yang benar dengan menguji roh (1 Yoh. 4:1) sebab mereka bisa melakukan hal-hal itu karena mereka memiliki pengurapan (1 Yoh. 2:20).
C. Sistem Pemerintahan Presbiterian.
Istilah presbiterian berasal dari kata Yunani presbuteros yang berarti “penatua.” Dalam pemerintahan gereja sistem presbiterian ini, setiap gereja lokal adalah independen satu dengan dan dari yang lain, tetapi mereka diikat oleh suatu “ketentuan normatif yang sama dan pengakuan iman yang sama.” Sistem ini menegaskan bahwa setiap Jemaat dapat melakukan pelayanannya sendiri yang dipimpin oleh pendetanya, termasuk memanggil pendeta yang dikehendakinya yang diteguhkan oleh presbiteri yang terdiri dari pendeta dan penatua yang mewakili gereja-gereja lokal. John Calvin, sebagai tokoh yang merumuskan sistem ini mengakui adanya jabatan-jabatan gerejawi seperti para “gembala (pendeta), guru, diaken (the deacon) dan penatua (the presbyter atau the elder). Dalam sistem ini gereja dipimpin oleh para penatua.
Dukungan alkitabiah bagi sistem pemerintahan kongregasional adalah catatan Lukas yang menyebutkan bahwa jemaat itu terlibat dalam pemilihan itu diaken (Kis 6:3-5) dan para penatua (Kis. 14:23); seluruh jemaat turut mengutus Barnabas (Kis 11:22) dan Titus (2 Kor 8:19) serta menerima Paulus dan Barnabas (Kis 14:27; 15:4); seluruh jemaat terlibat dalam keputusan-keputusan tentang sunat (Kis 15:25); disiplin dilakukan oleh seluruh gereja ( 1 Kor 5:12;. 2 Kor. 2:6-7, 2 Tes. 3:14); semua orang percaya bertanggung jawab untuk doktrin yang benar dengan menguji roh (1 Yoh. 4:1) sebab mereka bisa melakukan hal-hal itu karena mereka memiliki pengurapan (1 Yoh. 2:20).
C. Sistem Pemerintahan Presbiterian.
Istilah presbiterian berasal dari kata Yunani presbuteros yang berarti “penatua.” Dalam pemerintahan gereja sistem presbiterian ini, setiap gereja lokal adalah independen satu dengan dan dari yang lain, tetapi mereka diikat oleh suatu “ketentuan normatif yang sama dan pengakuan iman yang sama.” Sistem ini menegaskan bahwa setiap Jemaat dapat melakukan pelayanannya sendiri yang dipimpin oleh pendetanya, termasuk memanggil pendeta yang dikehendakinya yang diteguhkan oleh presbiteri yang terdiri dari pendeta dan penatua yang mewakili gereja-gereja lokal. John Calvin, sebagai tokoh yang merumuskan sistem ini mengakui adanya jabatan-jabatan gerejawi seperti para “gembala (pendeta), guru, diaken (the deacon) dan penatua (the presbyter atau the elder). Dalam sistem ini gereja dipimpin oleh para penatua.
Perbedaan yang mencolok dengan sistem Kongregasional adalah Presbiterian menekankan perwakilan jemaat yakni para penatua yang diangkat atau dipilih oleh jemaat. Jadi otoritas tertinggi dalam satu gereja lokal adalah kemajelisan penatua dan satu majelis penatua memimpin satu gereja lokal. Di atas majelis penatua terdapat sinode dan di atas sinode terdapat konferensi umum sebagai sidang tertingi. Majelis penatua ini adalah gabungan antara minister dan orang awam.
BAB VI
PENUTUP
Saran Untuk Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang
Penulis berharap Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang dapat menjalankan visi dan misi Gereja sesuai dengan pengertian dan maksud dari gereja .yang visi dan misi nya itu adalah “Memanggil orang yang masih dalam kegelapan untuk mencapai terang-Nya ajaib.”
Harapan penulis Gereja Pentakosta Indonesia Tanjung Senang tetap menjadikan kebenaran firman Tuhan sebagai arahan mengembangkan pelayanan yang ada dan tetap dalam pergumulan yang sungguh-sungguh, guna mencari pelayanan untuk mencapai kesempurnaan fungsinya sebagai Gereja agar banyak jiwa-jiwa yang di menangkan.
Oleh karena itu, diperlukan penyerahan seluruh warga gereja dapat bertumbuh dalam iman.Dan mengajak umat manusia untuk haus akan Tuhan.
Sebagaimana fungsinya Gereja dapat menjadi garam dan terang dunia .Agar nama Tuhan kita Yesus Kristus dapat di permulaikan.
SUMBER BERITA DAN INFORMASI
Bapak Pdt.M. Situmorang,selaku Gembala Gereja Pentakosta Indonesia Sidang Tanjung Senang.
Layanan Internet:
1.http://www.pentakosta.org
2.http://wwww.google.com
3.http://www.gkiwilayahpapua.wordpress.com/2009/03/24/system-pemerintahan-gereja-kongrasional-sinodal-dan-presibiteral/
4.http://id.wikipedia.org.wiki/episkopal
5.http://gotquestion.org/Indonesia.html
LEMBAR PENGESAHAN
Bandar Lampung, 27 Mei 2010
Narasumber, Penulis,
Pdt. M. Situmorang Hotmauli Situmorang
(Gembala Sidang) NPM : 1013024010
Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Agama Kristen
Dr. Ir. Tumiar K. Manik, M.Sc.
NIP : 196302021987032001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar